Minggu, 26 Oktober 2008

PENELITIAN BUAH MERAH PAPUA OLEH Drs. I Made Budi MSc

Sari Buah Merah - Pandanus Conoideus Lam

SECERCAH harapan bagi penderita HIV/AIDS untuk sembuh muncul dari pulau paling timur Indonesia, Papua, (sebelah timur pulau Borneo dan pulau Bali). Sari buah merah atau nama latinnya Pandanus Coneideus Lam (Red Fruit) yang diduga hanya tumbuh di pulau tersebut, tampaknya bisa diprediksi sebagai obat penangkal virus yang menyerang kekebalan tubuh.

"Di Jayapura saya sudah mencoba khasiat buah merah, yakni menyembuhkan kanker otak, flek paru-paru pada bayi, kanker payudara, kanker kandungan, tumor kandungan, sakit mata, mencegah kebutaan, sakit jantung, paru, lemas, dan letih lesu. Setelah mengonsumsi minyak buah merah, kemudian diperiksa secara klinis, hasilnya nol. Padahal, sebelumnya penderita sakit kanker mengeluh sakit luar biasa. Kini para penderita sudah sehat", kata Drs.I Made Budi Msc.

Dalam interviewnya pada stasion TV nasional (MetroTV), Drs. I Made Budi MSc., menceritakan seorang pengidap HIV/AIDS yang bernama Agustina (22) mengalami perubahan kesehatan. Berat badannya semula 27 kg, karena terserang virus yang belum ada obatnya itu, namun setelah mengonsumsi sari buah merah, naik menjadi 42 kg.

Awalnya, Agustina yang mengidap HIV/AIDS dibawa sebuah yayasan pengembangan kesehatan masayarakat di Papua kepada Doker Made yang sedang meneliti buah itu. Mereka meminta Dokter Made untuk memberikan sari buah merah kepada Agustina. Setelah beberapa lama Agustina meminum sari buah merah, ia merasa lebih baik. Gejala diare berat dan sariawan yang muncul jika mengidap HIV/AIDS hilang. Ia merasa segar dan bisa melakukan kegiatan sehari-hari, bak orang sehat.

Dokter Made bertutur, "Buah merah berfungsi seperti obat antiretrovirus yang amat dibutuhkan penderita HIV/AIDS. Ia mengikat protein dan meningkatkan kekebalan tubuh." Pencapaian amat spektakuler itu juga sejalan dengan hasil pemeriksaan laboratorium pada awal November 2004. CD-4 darah Agustina sudah menembus angka 400 dan CD-8 menunjukkan negatif. CD-4 orang yang positif AIDS, maksimal 200; CD-8, positif. Wanita Papua itu kini hampir menggapai kesembuhan total.

Sari buah merah yang disebut kuansu oleh penduduk setempat menjadikannya sebagai obat HIV dan AIDS secara tidak sengaja. Awalnya, lanjut Made, buah merah itu diambil oleh masyarakat Wamena sebagai bahan makanan. Dokter Made mengamati secara saksama kebiasaan masyarakat tersebut yang mengonsumsi buah merah itu, ternyata masyarakat sekitar selain tidak mengidap HIV/AIDS juga jarang terkena penyakit hepatitis, kanker, jantung dan hipertensi.

"Saat itu saya menduga, jarangnya penyakit yang diderita masyarakat Wamena pasti berhubungan dengan buah itu," ujar Dokter Made.

Setelah meneliti beberapa lama, ternyata buah merah itu banyak mengandung Antioksidan, Betakarotin, Omega 3 dan 9, serta banyak zat lain yang meningkatkan daya tahan tubuh. "Kemudian saya melakukan percobaan kepada 30 unggas karena virus yang berbahaya tersebut itu sedang menyerang unggas, " ujar Dokter Made.

Menurut Made, sebanyak 30 ekor unggas yang diberikan kapsul sari buah merah ternyata tidak terkena virus. Padahal, saat itu sedang musim virus yang menyerang unggas. Dari hasil uji coba terhadap unggas tersebut, Made pun memberi sari buah itu kepada penderita asam urat, kolesterol tinggi, dan kanker.

''Beberapa tetangga saya yang kena kanker saya beri sari buah merah. Perkembangannya sangat bagus,'' katanya. Made terus mengembangkan penelitian dengan melakukan studi kepustakaan bahwa di Amerika, beta karoten digunakan untuk pengobatan kanker paru-paru. Beta karoten sendiri banyak terdapat pada sari buah merah. Bahkan total beta karoten pada buah merah mencapai 12.000 ppm.''Dari situlah saya menyimpulkan buah merah memang bagus digunakan untuk makanan dan sekaligus kesehatan,'' jelasnya.

Semula Dokter Made hanya ingin mengungkap kandungan gizi buah tersebut, namun akhirnya ia mencoba juga meneliti, apakah bisa untuk menangkal HIV/AIDS. Ternyata dari hasil analisis, kandungan kimiawi buah merah itu yang mengilhami Doktor Made untuk menjadikan sebagai obat. Buah merah itu mengandung zat gizi bermanfaat dalam kadar tinggi. Di antaranya Betakatoren, Tokoferol, asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, dan dekanoat. Semuanya merupakan senyawa obat aktif. Betakaroten berfungsi memperlambat berlangsungnya penumpukan flek pada arteri. Jadi aliran darah ke jantung dan otak berlangsung tanpa sumbatan. Interaksinya dengan protein meningkatkan produksi antibodi. Ini meningkatkan jumlah sel pembunuh alami dan memperbanyak aktifitas sel T Helpers dan limposit. Suatu studi membuktikan konsumsi betakaroten 30-60mg/hari selama 2 bulan membuat tubuh memiliki sel-sel alami pembasmi penyakit. Bertambahnya sel-sel alami itu menekan kehadiran sel-sel kanker karena ampuh menetralisasikan radikal bebas senyawa karsinogen penyebab kanker.

Peran buah merah lainnya yaitu sebagai antikarsinogen yang makin lengkap dengan kehadiran tokoferol. Senyawa ini berperan dalam memperbaiki sistem kekebalan tubuh yang menjadi sasaran HIV/ AIDS. Buah merah yang mengandung Omega 3 dan 9 dalam dosis tinggi itu sebagai asam lemak tak jenuh, ia gampang dicerna dan diserap sehingga memperlancar metabolisme. Lancarnya metabolisme sangat membantu proses penyembuhan. Sebab, tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh.

Asam lemak yang dikandung buah merah juga merupakan antibiotik dan antivirus. Mereka aktif melemahkan dan meluruhkan membran lipida virus serta mematikannya. Bahkan virus tidak diberi kesempatan untuk membangun struktur baru sehingga tak bisa melakukan regenerasi. Karena kemampuan itu, ia efektif menghambat dan membunuh beragam strain HIV/AIDS, termasuk virus hepatitis yang merusak sel hati. Ia juga terbukti menghambat dan membunuh sel-sel tumor aktif.


ANTIOKSIDAN

Mungkinkah sebuah komoditas mampu mengobati beragam penyakit? "Di dunia medis mungkin saja. Contoh diare bisa diberi ambisilin, infeksi tenggorokan juga ambisilin, begitu juga tifus," ujar Dr. Willie Japaries MARS. Itulah yang dikenal sebagai panasea alias obat segala penyakit.

Prof Dr Muhilal, Doktor Biokimia alumnus University of Liverpool tak heran akan khasiat buah merah. Pada 1992 beliau meneliti xeroftalmia alias kekurangan vitamin A. Prevalensi penderita di Papua jauh lebih kecil dari tempat-tempat lain di luar Papua. Rahasianya, dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Papua terbiasa melahap buah merah yang kandungan betakarotennya mencapai 700 ppm. Oleh glukosa zat itu diubah menjadi vitamin A.

Selain itu kuansu (sebutan lain buah merah/redfruit) juga mengandung tokoferol 11.000 ppm yang mampu menangkal radikal bebas. Tingginya kandungan vitamin E - nama lain tokoferol, hanya dapat ditandingi oleh zaitun. Senyawa itulah benteng pertahanan terhadap serangan penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, darah tinggi, dan kanker.

"Antioksidan itu mengatasi penyakit degeneratif, penangkal radikal bebas seperti cadmium, penghalang ketuaan, bisa untuk mata," kata Dr Chairul, doktor Kimia dan peneliti di Puslitbang Biologi LIPI.

Dengan kandungan antioksidan tinggi wajar jika buah merah mampu menyembuhkan beragam penyakit. Itu yang menyebabkan popularitas buah ini meroket. Bak obat ajaib, ia menjadi buah bibir. Banyak dokter menyarankan pasiennya untuk meminum sari buah merah. Malahan periset AIDS di Amerika Serikat antusias menanggapi temuan khasiat yenggen ini.

Tidak ada komentar: